Editorial: Visit Indonesia Year?

>> Tuesday, July 22, 2008

What an unfortunate year for Indonesia's tourism industry. Less than one month after the government declared 2008 Visit Indonesia Year, flooding crippled Jakarta's Soekarno-Hatta International Airport, the main gateway to the country, early last month.
Last week, the second annual Travel & Tourism Competitiveness Report 2008, by the Geneva-based World Economic Forum, downgraded Indonesia as a tourist destination to 80th among 130 countries surveyed. That was much worse than its position last year, which was 60th out of 124 countries.
The report showed that Indonesia scored very poorly in health and hygiene due to an inadequate supply of hospital beds, poor access to sanitation and drinking water and an acutely low number of qualified physicians.
The country also performed badly in that other pillar of the tourism industry -- infrastructure. In fact, Indonesian airplanes have been banned from European airspace since last year and no progress has been made on getting this blanket ban lifted.
Indonesia scored high only in terms of natural resources, with several World Heritage natural sites and the richness of it flora and fauna, and price competitiveness. But these strengths were undermined by such major weaknesses as underdeveloped infrastructure, including air and ground transportation.
There are even great concerns related to safety, particularly the prevalence of road accidents.
No wonder Indonesia, though richly endowed with a wide variety of cultures and interesting sites, has remained among the least popular tourist destinations even in the Southeast Asian region, outranked by Malaysia, Singapore and Thailand. Last year, Indonesia received just around 5.5 million tourists, compared to more than 9 million arrivals in Malaysia and almost 20 million in Singapore.
The survey showed the top-ranked countries in the travel and tourism industry -- Switzerland, Austria, Germany, Australia, Spain, the United Kingdom, the United States, Sweden, Canada and France -- understand the importance of support businesses and regulatory frameworks, coupled with world-class transportation and tourism infrastructure and a focus on nurturing human and natural resources.
Countries have vastly different underlying operational conditions, depending on where they fall in the tourism development spectrum. All have unique tourism products to offer, but the central goal is to encourage improvement in the underlying competitive conditions and infrastructure.
This is again where Indonesia is fundamentally weak, even in nature-based tourism, where the country should have a strong comparative advantage.
This latest travel and tourism report from the World Economic Forum should serve as a strong wake-up call for us, especially the government, to reinvigorate the tourism industry, especially now in the midst of a weakening global economy and uncertainty in the international financial market.
International tourism is known as a resilient industry, never suffering a deep and lasting recession and able to recover quickly because the need to travel, whether for business or leisure, is so deeply ingrained in our societies.
As a resource-based industry, tourism is also an ideal business for Indonesia to develop because of its multiplier effect and the labor-intensive nature of its operations. It directly benefits local communities economically. Travel businesses do their best when they use the local workforce, services, products and supplies.
The tourism industry also supports the integrity of a place. Destination-savvy travelers seek out businesses that emphasize the character of a locale. Tourism revenue in turn raises the perceived value of those assets.
Travel-related businesses such as hotels, restaurants, transportation, handicrafts and cultural shows are all labor intensive, the very kind of enterprises needed to absorb the huge pool of job seekers here.
But it is precisely because of its multi-sectoral activities that the promotion of the tourism industry should involve not only the tourism ministry but all other state and private organizations that provide the basic infrastructure and public services, including immigration, customs, transportation, accommodation and security.

Sumber: The Jakarta Post, Wednesday, 12 Maret 2008.

Read more...

Urusan Akhirat pun Jadi Bisnis Menggiurkan

Oleh: Irsad Sati

Penyediaan lahan makam sekarang bukanlah persoalan enteng bagi Pemerintah Provinsi Jakarta. Sebab, 95 unit tempat pemakaman umum (TPU) yang dimiliki Jakarta saat ini yang luasnya mencapai 580 hektare tidak mampu lagi menampung jasad-jasad kaku tak bernyawa itu untuk berkubur.
Dalam catatan Kantor Pelayanan Pemakaman (KPP) DKI Jakarta, saban hari, ada sekitar 100 hingga 130 warga Jakarta yang meninggal.
Memang tidak semua manusia yang meninggal di wilayah Ibu Kota dimakamkan di Jakarta karena ada sebagian dimakamkan di daerah asal mereka karena keinginannya.
Akan tetapi, berdasarkan catatan KPP DKI Jakarta, tetap saja Ibu Kota kekurangan lahan makam sekitar 300 hektare untuk kebutuhan pemakaman warga yang meninggal tersebut.
Tak pelak perburuan lahan makam di luar Jakarta menjadi tidak terelakan lagi. Kondisi ini ternyata mampu dimanfaatkan oleh sejumlah pengembang sebagai ceruk bisnis yang dibalut selimut sosial.
Setidaknya ada tiga proyek pemakaman komersial yang dikembangkan sebagai estat pemakaman yang kesemuanya berada di kawasan Karawang, Jawa Barat. Ketiga makam itu memiliki lahan pengembangan cukup luas, seperti Taman Kenangan Lestari seluas 32 hektare, Taman Memorial Graha Sentosa 200 hektare, dan San Diego Hills seluas 500 hektare.
Pengelola 'rumah masa depan itu' menyediakan berbagai macam pilihan kaveling dengan antara lain makam tunggal, ganda, keluarga, hingga kavling VIP (very important person).
Ketiga pemakaman itu memang bisa dibilang kawasan elite karena didesain dengan biaya mahal, sehingga menciptakan lingkungan eksklusif dengan kualitas infrastruktur terbaik. Selain itu yang tak kalah penting, pengembang ingin menghapus kesan bahwa tempat pemakaman identik dengan hal-hal yang seram.
Pengembang pemakaman San Diego Hills bahkan menyediakan tiga fasilitas helipad di kawasan estat pemakamannya untuk kebutuhan pendaratan bagi peziarah yang menggunakan helikopter.

Ibarat piknik
Tidak heran, bagi orang yang datang ke pemakaman itu serasa pergi piknik saja karena suasananya yang memang menciptakan suasana rileks dan lanskapnya yang bernuansa rekreasi. San Diego Hills paling menonjol terlihat sebagai kawasan rekreasi. Tepat di tengah-tengah kawasan pemakaman itu ada danau buatan seluas delapan hektare. Air danau itu berasal dari sudetan Sungai Citarum yang memang mengalir ke arah Kota Karawang.
Pengelola San Diego Hills akan memanfaatkan danau itu sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung pemakaman. Akan disiapkan pula perahu-perahu dayung berikut pemandunya. Semua itu tentu tidak didapat begitu saja, tapi sebanding dengan harga yang ditawarkan. Bayangkan harga pemakaman bisa ada yang sampai berharga Rp700 juta per kaveling.
Taman Memorial mematok harga sedikitnya Rp800 juta untuk kaveling royal family, bahkan Taman Kenangan berani mematok Rp1 miliar untuk kaveling sejenis.
Tarif harga makam itu lebih mahal dari harga satu unit apartemen di Jakarta yang masih bisa didapat seharga Rp300 juta.
Akan tetapi memang tidak semuanya semahal itu karena ada juga kaveling biasa dengan harga berkisar Rp3 jutaan untuk tipe makam single, sehingga orang bisa memilih sesuai dengan kemampuan kantong.
Mengembangkan Taman Kenangan Lestari, Taman Memorial Graha Sentosa, dan San Diego Hills memang tidak murah. Akan tetapi pengelolanya perlu mengeluarkan investasi besar untuk membangunnya menjadi bagus.
Jadi jangan heran, pengembang bisa menghabiskan dana ratusan miliar rupiah, bahkan sampai angka triliunan rupiah untuk membangun taman pemakaman tadi.
Dengan tampilan pemakaman seperti itu, tak pelak banyak masyarakat tertarik untuk dikuburkan di sana apabila saatnya telah tiba.
Menurut Andi Kurniawan Alie, General Manager Operation San Diego Hills, tercatat orang-orang besar, seperti Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, desainer Iwan Tirta, raja sinetron Raam Punjabi, artis Rima Melati, mantan Gubernur DKI Soerjadi Soedirdja, hingga mantan Menteri Pemberdayaan BUMN Tanri Abeng telah memesan dan membeli lahan pemakaman di sana.
Tak pelak sistem pesan lahan makam jauh- jauh hari sebelum ajal menjemput menjadi sebuah tren baru yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan.

Sumber: Bisnis Indonesia, Selasa, 22 Juli 2008.

Read more...

Bagaimana Memilih Agen Perjalanan?

>> Thursday, July 17, 2008

Jika Anda akan bepergian dengan menggunakan jasa agen perjalanan atau travel, pastikan bahwa agen yang dipilih merupakan yang terbaik. Soalnya, industri travel yang berkembang pesat tidak hanya membuat usaha di bidang itu sangat kompetitif tetapi juga melahirkan agen-agen nakal yang tega menipu konsumen, entah janji tidak sesuai kenyataan atau uang Anda dibawa kabur.

Jika salah pilih, niat Anda semula untuk menghemat waktu, uang, dan bebas frustrasi dengan menggunakan jasa agen malah akan berbuah sebaliknya. Lalu bagaimana caranya agar Anda dapat menemukan agen yang baik, kompeten, dan profesional?

Pilihlah agen perjalanan seperti memilih dokter atau lawyer untuk keperluan Anda. Dapatkan nasihat teman dan kerabat yang menggunakan agen perjalanan yang mereka percaya. Karena jenis pilihan perjalanan (seperti perjalanan keluarga, berkelompok/grup, petualangan, ekoturisme) merupakan keputusan personal yang mencerminkan hasrat dan gaya hidup, Anda mungkin harus mengunjungi atau menelepon sejumlah agen perjalanan untuk menemukan satu yang terbaik yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Saat berkunjung ke kantor agen, pertimbangkan segala sesuatu mulai dari tampilan kantor sampai dengan cara mereka mendengar serta menjawab pertanyaan Anda. Agen yang baik akan berusaha membangun hubungan jangka panjang dengan klien, tidak semata mengejar sebuah transaksi di depan mata.

Pastikan Anda mendapat informasi yang jelas tentang agen tersebut, dapatkan profil usahanya, serta jenis jasa layanan yang tersedia.

Apa faktor menentukan dalam memilih agen? Selain kesan awal tentang kantor, cara mereka menanggapi kebutuhan Anda, pastikan bahwa agen yang Anda pilih punya jaringan kuat dengan industri pariwisata pada umumnya seperti dengan asosiasi agen perjalanan, maskapai penerbangan, jaringan hotel, kereta api, kapal pesiar, tur operator, atau perusahan rental mobil.

Agen yang berjaringan luas mencerminkan agen tersebut kredibel. Dengan dukungan jaringan yang dimilikinya agen pun dapat menawarkan banyak pilihan serta informasi harga untuk Anda.

Industri travel bertumbuh kompetitif. Agen perjalanan biasanya meningkatkan kualitas serta jenis layanan yang mereka tawarkan. Tanyakan apa layanan spesial yang mereka tawarkan untuk Anda. Agen perjalanan dapat mengatur semua jenis perjalanan domestik ataupun internasional, dari hotel dan resor sampai tiket pesawat maupun transportasi darat, termasuk kebutuhan untuk rental kendaraan atau paket tur. Mereka juga menyediakan bantuan untuk aplikasi asuransi perjalanan, paspor dan visa, berbagai macam prosedur serta keperluan lain bagi para turis asing. Banyak agen perjalanan yang punya layanan bebas pulsa, ruang pertemuan, insentif perjalanan dan lain-lain.

Jika Anda masih ragu dengan agen yang hendak pilih, tanyakan tentang latar belakang profesional agen tersebut. Agen berpengalaman dan profesional biasanya telah mengikuti berbagai pelatihan seperti pelatihan manajemen bisnis, pelatihan travel dan turisme atau geografi, serta memiliki sertifikat yang menunjukkan adanya penghargaan atau apresiasi dari lembaga-lembaga profesi.

Tentu saja penting bersikap hati-hati tetapi tidak perlu terlampau kuatir. Di luar sana ada banyak agen perjalanan yang baik. Sekedar gambaran, di Amerika Serikat, berdasarkan data dari Travel Industry Survey/Travel Weekly tahun 2004, agen perjalanan menjual 87% tiket kapal pesiar, 81% dari semua paket tur, 51% dari semua tiket pesawat, 47% dari semua kamar hotel.
Sumber: Kompas, Rabu, 25 Juni 2008

Read more...

Indonesia Dorong Ekoturisme

Ekoturisme menjadi salah satu agenda serius pengembangan pariwisata Indonesia ke depan. Untuk itu, berbagai pihak seperti industri dan pelaku pariwisata, biro perjalan, pemandu, masyarakat dan pihak terkait lainnya diharapkan mulai memberikan kepedulian lebih nyata karena Indonesia termasuk negara yang memiliki destinasi ekoturisme terbaik di dunia.

About This Blog

Lorem Ipsum

Back to TOP