Andai Presiden Hongaria ke Tangkubanparahu Setiap Hari
>> Wednesday, May 21, 2008
Oleh: Cornelius Helmy
Tidak ada yang meragukan keindahan Gunung Tangkubanparahu. Di dunia internasional, gunung setinggi 2084 meter di atas permukaan laut itu dikenal sebagai gunung api aktif yang kedalaman kawahnya masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Terakhir, Selasa (20/5), Presiden Hongaria Lasjlo Solyom menjadi aktor utamanya.
Di tingkat nasional, dengan diselimuti legenda Sangkuriang, Tangkubanparahu adalah aset wisata menarik wisatawan asing. Di tingkat lokal, keberadaan gunung ini pernah menjadi rebutan Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Keduanya saling klaim sebagai pihak yang berhak memasang Tangkubanparahu sebagai lambang daerah.
Akan tetapi, eksploitasi keberadaan Tangkubanparahu sebagai sumber pendapatan dan gengsi kedaerahan tidak diimbangi dalam pengelolaannya. Penataan pedagang asongan menjadi masalah utama.
Siska, pengunjung asal Jakarta, mengatakan, akses jalan menuju Tangkubanparahu melewati pintu gerbang utama rusak berat dan sangat menjengkelkan. Tidak hanya itu, penderitaannya bertambah ketika sampai di kawah Ratu, kawah utama di Tangkubanparahu. Tanpa ampun, ia langsung diserbu pedagang kaki lima. Tanpa memedulikan mimik kesal pengunjung, dengan semangat tinggi pedagang menjajakan berbagai macam barang, seperti syal, kalung, hingga kerajinan lain bertuliskan "Tangkubanparahu".
"Tadinya saya ke sini mau santai, tetapi dari masuk kompleks sampai ke kawah, rasanya kesal terus. Dulu Sangkuriang marah di sini dan menendang perahu sehingga jadi gunung ini. Sekarang saya kesal karena terus ditawari pedagang asongan," kata Asis, pengunjung asal Jakarta.
Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi Presiden Hongaria Lasjlo Solyom dan rombongannya ketika berkunjung ke Tangkubanparahu, dengan pengawalan ketat dari Pasukan Pengamanan Presiden, polisi, dan Tentara Nasional Indonesia.
Dengan tenang ia menikmati suasana tiga kawah utama: Ratu, Domas, dan Upas. Saat itu tampaknya pedagang asongan dipaksa berhenti bekerja sementara waktu. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2005, yaitu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melarang pedagang asongan berjualan karena ada gas berbahaya di sekitar Tangkubanparahu.
Lasjlo juga mendapat kesempatan istimewa menikmati sisa gunung Sunda ini tanpa hiruk-pikuk pengunjung dan sesaknya lahan parkir. Pengunjung umum dilarang masuk dalam rentang waktu pukul 10.30-11.45.
Meski terkesan direkayasa, Lasjlo beruntung tidak mendapat gangguan dari pedagang asongan ketika menikmati alam Tangkubanparahu. Namun, di sisi lain, Lasjlo seharusnya kecewa karena ia bukan bagian dari pengunjung yang merasakan "keaslian Tangkubanparahu".
Menanggapi hal ini, Ketua Forum Lembaga Masyarakat Desa Hutan Bandung Utara Lee Roy Matita mengatakan, ada baiknya bila orang penting, seperti Presiden Hongaria, datang sesering mungkin. Salah satu keuntungannya, tidak terjadi kesemrawutan pedagang kaki lima.
Sadar hal itu tidak mungkin terjadi, Lee Roy mengatakan, hendaknya kunjungan ini dijadikan pengalaman berharga bagi pengelola Tangkubanparahu. Mereka seharusnya berinisiatif menyediakan lahan khusus bagi pedagang. Pedagang mendapatkan nafkah tanpa mengganggu pengunjung.
Sumber: Kompas, Rabu, 21 Mei 2008.
0 comments:
Post a Comment